Sunday, January 6

Puisi ....IKHWAN APA BAKWAN

Oh.... Ikhwan
Apa bedanya dengan si Marwan
Si Ali, Paijo atau si Iwan
Oh ternyata cuma sebutan

Oh.... Ikhwan
Walaupun tidak rupawan
Alias modal tampang pas-pasan
Tetep aja tebar senyuman

Oh.... Ikhwan
Gayanya sih bisa ketebak & kelihatan
Jenggot melambai,baju koko & sendal jepit usang
Sesekali komat-kamit sambil jalan

Oh.... Ikhwan
Nyarinya susah-susah gampang
Kadang di masjid, kampus or sekolahan
Mungkin juga lagi nyari sampingan
Nggak taunya buat biaya walimahan :)

Oh.... Ikhwan
Ngomonginnya masalah aksi dan kepartaian
Juga Liqo'an and hapalan
Kata orang "Nggak ada bahasan yang lain, wan ?"
Oh.... Ikhwan
Anehnya kalo lagi jalan
Ngukurin tanah apa ngitung lantai sih, wan?
Oh..... ternyata dia jaga pandangan !!!
Ikhwan... Ikhwan...Lucunya
kalo akhwat sedang berpapasan
Langsung minggir! , acuh tak acuh kaya' musuhan
(Gubrak...!!!!! apaan tuh, wan?)
Eh.... dia jatuh, kagak ngeliat ada selokan :))

Oh.... Ikhwan,
apa semuanya begitu, wan ?
Ada nggak yang masih tebar pesona & jelalatan ?
Berarti itu bukan ikhwan, (kan cuma sebutan ?!!)
Nah para akhwat, hati-hati mungkin dia nyari pasangana2n

(he2, cuma intermezzo, jangan pade marah lo, wan)

Ikhwan GANTENG, Partner Sejati Akhwat?

Oleh : Ayat Al Akrash

Alangkah indahnya Islam. Kedudukan manusia dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari gendernya. Ini adalah strata terbuka sehingga siapa saja berpeluang untuk memasuki strata taqwa.

Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbeda. Ikhwan, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan rasionalitasnya karena ia adalah pemimpin bagi kaum hawa. Akhwat, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan sensitivitas perasaannya karena ia akan menjadi ibu dari anak-anaknya.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9: 71)

Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun tentu bukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam da’wah, ikhwan dan akhwat adalah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Belakangan ini menjadi sebuah fenomena baru di berbagai LDK kampus tentang sedikit ‘konfrontasi’ ikhwan dengan akhwat. Tepatnya, tentang kurang cepat tanggapnya da’wah para ikhwan yang notabene adalah partner da’wah dari akhwat.

Patut menjadi catatan, mengapa ADK akhwat selalu lebih banyak dari ADK ikhwan. Walau belum ada penelitian, tetapi bila melihat data kader, pun data massa dimana jumlah akhwat selalu dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan ikhwan, maka dapat diindikasikan bahwa ghirah, militansi dan keagresifan berda’wah akhwat, lebih unggul. Meski memang hidayah itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun tentu kita tak dapat mengabaikan proses ikhtiar.

Akhwat Militan, Perkasa dan Mandiri? Sejak kapankah adanya istilah Akhwat militan, perkasa dan mandiri ini? Berdasarkan dialog-dialog yang penulis telaah di lapangan, dan di beberapa LDK, ternyata hampir semua akhwat memiliki permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam menghadapi tribulasi da’wah. Bahkan ada sebuah rohis yang memang secara turun temurun, kader-kader akhwatnya terbiasa mandiri dan militan. Mengapa? Karena sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Dan ada pula sebuah masjid kampus di Indonesia yang hampir semua agenda da’wahnya digerakkan oleh para akhwat. Entah hilang kemanakah para ikhwan.

Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat gemasnya, penulis pernah mendengar doa seorang akhwat, “Ya Allah…, semoga nanti kalau punya suami, jangan yang seperti itu… (tidak cepat tanggap–red),” ujarnya sedih. Nah!

Ikhwan GANTENG
Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da’wah akhwat? Setidaknya ada tujuh point yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi pembinaan ADK, yaitu GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda, Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak GANTENG, akan dipaparkan pula di bawah ini.

(G) Gesit
dalam da’wah Da’wah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para aktivisnya. Ada sebuah kisah tentang poin ini. Dua orang akhwat menyampaikan pesan kepada si fulan agar memanggil ikhwan B dari masjid untuk rapat mendesak. Sudah bisa ditebak…, tunggu punya tunggu…, ikhwan B tak kunjung keluar dari masjid. Para akhwat menjadi gemas dan menyampaikan pesan lagi agar si fulan memanggil ikhwan C saja. Mengapa? Karena ikhwan C ini memang dikenal gesit dalam berda’wah. Benar saja, tak sampai 30 detik, ikhwan C segera keluar dari masjid dan menemui para akhwat. Mobilitas yang tinggi.

(A) Atensi
pada jundi Perhatian di sini adalah perhatian ukhuwah secara umum. Contoh kisah bahwa ikhwan kurang dalam atensi adalah ketika ada rombongan ikhwan dan akhwat sedang melakukan perjalanan bersama dengan berjalan kaki. Para ikhwan berjalan di depan dengan tanpa melihat keadaan akhwat sedikitpun, hingga mereka menghilang di tikungan jalan. Para akhwat kelimpungan.., nih ikhwan pada kemana? “Duh.., ikhwan ngga’ liat-liat ke belakang apa ya?” Ternyata para ikhwan berjalan jauh di depan, meninggalkan para akhwat yang sudah kelelahan.

(N) No reason
demi menolong Kerap kali, para akhwat meminta bantuan ikhwan karena ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh akhwat. Tidak banyak beralasan dalam menolong adalah poin ketiga yang harus dimiliki oleh aktivis. Contoh kisah kurangnya sifat menolong adalah saat ada acara buka puasa bersama anak yatim. Panitia sibuk mempersiapkannya. Untuk divisi akhwat, membantu antar departemen dan antar sie adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Para akhwat ini kemudian meminta tolong seorang ikhwan untuk memasang spanduk. “Afwan ya…, amanah ane di panitia kan cuma mindahin karpet ini…,” jawab sang ikhwan sambil berlalu begitu saja karena menganggap tugas itu bukanlah amanahnya.

(T) Tanggap
dengan masalah Permasalahan da’wah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis yang tanggap dan bisa membaca situasi. Sebuah kisah, adanya muslimah yang akan murtad akibat kristenisasi di sebuah kampus. Aktivis akhwat yang mengetahui hal ini, menceritakannya pada seorang ikhwan yang ternyata adalah qiyadahnya. Sang ikhwan ini dengan tanggap segera merespon dan menghubungi ikhwan yang lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan pemurtadan.
Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah ini. Di sebuah perjalanan, para akhwat memiliki hajat untuk mengunjungi sebuah lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya kepada ikhwan yang notabene adalah sang qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan menjawab, “Mmmm….” “Lho… terus gimana? Kok cuma “mmmmm”…” tanya para akhwat bingung. Sama sekali tidak ada reaksi dari sang ikhwan. “Aduh… gimana sih….” Para akhwat menjadi senewen.

(E) Empati
Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap kegelisahan jundi-jundinya dan segera memberikan solusi.
Contoh kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perjalanan luar kota dengan menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yang berjumlah lima belas orang ini segera turun dari bis. Dan bis itu melaju kembali. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru menyadari bahwa mereka kekurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja para akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian halnya dengan ikhwan, mereka hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, “Nanti juga balik lagi akhwatnya.”

(N) Nahkoda
yang handal Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ia adalah nahkoda kapal. Lantas bagaimanakah bila sang nahkoda tak bergerak? Alkisah, tentang baru terbentuknya kepengurusan rohis. Tunggu punya tunggu…, hari berganti hari, minggu berganti minggu, ternyata para ikhwan yang notanebe adalah para ketua departemen, tak kunjung menghubungi akhwat. Akhirnya, karena sudah “gatal” ingin segera gerak cepat beraksi dalam da’wah, para akhwat berinisiatif untuk “menggedor” ikhwan, menghubungi dan menanyakan kapan akan diadakan rapat rutin koordinasi.

(G) Gentle
Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah lagi aktivis. Tentu sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di atas rata-rata manusia pada umumnya. Namun tidak tercermin demikian pada kisah ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan akhwat ada dalam satu bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para ikhwan segera berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis yang kelimpungan. “Ada apa nih?” tanya para akhwat. Saat para akhwat menyadari adanya asap, barulah mereka ikut berhamburan keluar. “Kok ikhwan ninggalin gitu aja…” ujar seorang akhwat dengan kecewa.


Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja da’wah. Ikhwan dan akhwat adalah partner da’wah yang senantiasa harus saling berkoordinasi. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya sendiri, namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebagai pemimpin. Sehingga wajar saja bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan mengharapkan sang qawwam ini bisa jauh lebih gesit dalam berda’wah (G), perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap dalam masalah (T), empati pada jundi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan mampu memberikan perlindungan (G). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..." (QS. An-Nisa':34).

Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi qiyadah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Ukhuwah di dunia, dan di akhirat. Amiin. []

PS : Ayo kita budidayakan (memangnya ternak???) ikhwan GANTENG ini. Dan pada pembahasan selanjutnya, dapat dikupas tentang akhwat CANTIK. Nah, untuk ini, biarkan ikhwan yang menulis ^ _ ^

CERITA HASAN AL-BANNA

Pada saat jam kantor usai, aku berjalan menuju bis jemputan, karena ada yg mau aku tanyakan pada guruku, akhirnya aku naik bis jemputannya, tidak lama bis kemudian berjalan dan kulihat beliau (guruku) berlari menghampiri bis jemputan yg aku taiki, setelah berada di atas bis, aku duduk bergeser memberi tempat duduk beliau di sebelahku. Tak lama beliau duduk aku langsung bicara. “Pak..certain aku tentang Hasan Al-Banna..?!” tanyaku serius sambil tertawa beliau balik bertanya padaku “Kenapa Hasan Al-Banna..?kenapa bukan Rasulullah yg ingin kamu tanyakan..?” tanpa pikir aku menjawab “Kalau Rasulullah aku sudah tahu..” sambil tertawa dan mengangguk-angguk beliau bicara “Hebat..sudah tahu Rasulullah..?!terus..kamu sudah ikutin apa yg dicontohkan Rasul..?” aduh.!! Kena lagi aku (dalam hati) “Maaf..aku salah.?tapi..aku mau tahu tentang Hasan Al-Banna?” kataku serius “Untuk apa..?”tanyanya. Kebiasaanku yg selalu menjawab enggak di pikir dan ingin buru2. “Ya…biar aku engga kuper aja, kalau ditanya tentang itu..?” “ha..ha..ha.. tawanya sambil menepuk kepalanya sendiri. Ya…aku salah lagi..sesalku dalam hati. Dan beliau bicara lagi “Itu cara berfikir yg harus kamu perbaiki..?mau tahu biar gak kuper..?” nyesel aku menjawab tanpa mikir, akhirnya aku keluarkan posting dari milis KI yg aku print dan membicarakan tentang Hasan Al-Banna dan beliau membacanya, dan aku mulai bicara lagi “Aku yakin Hasan Al-Banna tidak seperti yg dia tulis itu kan Pak..?” karena sebelumnya aku sudah diceritakan panjang lebar tentang Hasan Al-Banna dari salah seorang temanku, yg kebetulan teman dekat dari cucunya Hasan Al-Banna yg bernama Tarikh Banna yg sekarang tinggal di Swiss. Selesai membaca, beliau bertanya “Kamu tahu..sekarang Hasang Al-Banna itu masih hidup atau sudah wafat..?” “Sudah wafat tahun 1949..?” jawabku pelan “Terus..apa pantas kita membicarakan orang yg sudah wafat..?dengan si Fulan aja..(dia menyebutkan nama) yg sudah wafat itu, saya enggak mau membicarakan kejelekannya..?” yg kebetulan aku kenal orang yg disebut oleh beliau “Nah..itu pak..kenapa mereka membicarakan Hasan Al-Banna seperti itu..?aku Cuma pingin kasih tahu ke mereka, bahwa Hasan Al-Banna tidak seperti yg mereka tulis itu kan pak..?” dengan serius aku menunggu jawaban beliau “Oh..tentu..kita belum bisa seperti Hasan Al-Banna, yg berjuang mengorbankan nyawa dan hartanya untuk membela islam..?” jawabnya serius “Makanya aku pingin bilang ke mereka..bahwa Hasan Al-Banna tidak seperti itu..?” jawabku serius “Kenapa kamu pingin tolong dia..?” tanyanya padaku lalu aku keluarkan catatan hadist yg aku punya dan berbunyi “Siapapun Manusia Yg Menghina Seorang Muslim Di Satu Tempat Yg Menjatuhkan Kehormatannya & Merusak Nama Baiknya, Pasti Allah Menghinakannya Di Mana Ia Ingin Pertolongannya. & Siapapun Yg Menolong Akan Seorang Muslim Di Satu Tempat Di Mana Namanya Diajukan & Kehormatan Diri-Nya Dirusak, Pasti Allah Akan Menolongnya Ditempat Di Mana Ia Sangat Mengharapkan Pertolongan-Nya” (HR. Abu Dawud). Setelah membaca hadist itu, beliau diam sejenak, lalu bicara lagi. “Berat..kalau seandainya kamu ingin menolong dia, kamu harus banyak membaca riwayatnya..” lalu aku membuka tasku dan mengeluarkan buku yg berjudul ‘MEMOAR HASAN AL-BANNA’ selintas beliau melihat dan bicara “Tidak cukup hanya membaca 1 versi tentang Hasan Al-Banna, masih banyak lagi buku2 tentang dia, dan kamu harus baca semuanya..?” aku hanya diam dan beliau bicara lagi “coba..kalau kamu cerita tentang saya, lalu si Fulani dan fulana (ia menyebutkan 2 orang temanku) juga menceritakan tentang saya, pastilah beda..?” aku diam saja mendengarkan dan kemudian beliau bicara lagi “Hasan Al-Banna sudah wafat dan sudah putus semua tanggung jawabnya, kecuali 3 amalnya yg masih tertinggal, yg sudah kamu tahu, dan siapapun orang yg membicarakan tentang dia dan ternyata itu tidak benar, maka berdosalah mereka dan pahala buat Hasan Al-Banna..? jadi..sudahlah kamu enggak usah ngotot pingin membelanya, karena ada Allah yg akan membela dia..?kamu..bela diri sendiri aja..?” aku diam saja, sambil melihat keseriusannya, “Makanya..tadi saya kaget, kenapa kamu tiba2 menanyakan tentang Hasan Al-Banna..? sekarang saya mau tanya ke kamu..?kalau seandainya kamu tahu tentang Hasan Al-Banna, apakah kamu bisa masuk syurga..?” kuangkat bahuku sebagai jawaban dan beliau melanjutkan bicaraya “dan seandainya..kamu tidak tahu tentang dia, apakah bisa memasukkan kamu ke neraka..?jadi..lebih baik kamu mempelajari tentang Rasulullah dan contoh beliau..?” aku mengangguk tanda setuju, tapi..tetap saja dalam hatiku protes, yg keluar juga dari mulutku “tapi..masa kita diam aja, kalau kita tahu itu enggak benar..?” dan akhirnya beliau bercerita “suatu saat..ada si A yg mau menceritakan tentang temannya kepada si B, dan kemudian si B mengajukan 3 syarat kepada si A untuk dijawab sebelum bercerita, dan si A baru boleh bercerita setelah menjawab 3 syarat yg diajukan oleh si B kemudian si B mulai dengan syarat 1, “apakah yg akan kamu bicarakan ini suatu KEBENARAN” “oh tidak..sesungguhnya saya baru mendengar dan ingin menanyakannya pada anda” jawab si A “oke..syarat 1 sudah gagal, tapi.. kita coba dengan ujian ke 2, apakah yg akan kamu bicarakan tentang teman saya ini adalah suatu KEBAIKAN..?” “tidak.. sebaliknya mengenai sesuatu yg buruk..” jawab si A “anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yg BURUK mengenai dia, tetapi anda tidak yakin kalau itu BENAR.”jawab si B. “oke..kita coba dengan ujian ke 3 “Apakah yg akan anda ingin beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan BERGUNA buat saya?” “Tidak, sungguh tidak,” jawab si A “Kalau begitu, Jika apa yg anda ingin beritahukan kepada saya…tidak BENAR tidak juga BAIK, bahkan tidak BERGUNA untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada saya?” aku hanya diam mendengarkan beliau bercerita, sambil senyum2. “pak..benar yg bapak bicarakan padaku waktu itu, bahwa seorang muslim akan selalu sendiri..?” sambil aku tunjukan riwayat Hasan Al-Banna yg mampu menggerakkan 500 juta muslim untuk berjuang tapi setelah wafat, hanya dikuburkan oleh Ayahnya yg sudah tua dan ditemani oleh 4 orang saudara perempuannya. Sambil tersenyum dan mengangguk2, beliau bicara lagi. “oke..cukup sampai disitu saja, ketertarikan kamu tentang Hasan Al-Banna, lebih baik kamu idolakan Rasulullah yg 99,99% akan membuat kamu selamat, atau kalau mau tahu yg lainnya..lebih baik kamu baca tentang Abu Bakar saja..?” “iya..ku anggukan kepalaku keras2..” terimakasih pak..akan aku coba semua yg sudah engkau ceritakan padaku, terimakasih ya..Allah, telah Kau buka hatiku dengan mempertemukan beliau padaku (dalam hati)

Nasihat Hasan Al Banna


“Lakukanlah shalat begitu kau dengar suara adzan ditempat apapun kau berada. Simaklah Al-Qur’an, renungkanlah isinya, dengarkanlah bacaannya, ingatlah akan kebesaran Allah. Jangan membuang-buang waktumu untuk urusan yang tak membawa manfaat"

“Rajin-rajinlah belajar berbicara bahasa Arab yang benar, ini merupakan tugas penting seorang Muslim.”

“Jangan terlalu banyak berdebat tentang masalah apapun juga, karena tak ada untungnya menyombongkan diri"

“Jangan terlalu banyak tertawa, hati yang dekat kepada Allah itu selamanya tentram dan tunduk"

“Jangan ikuti kecerobohan dan kesantaian masalalu, perjuangan bangsa hanya mengenal kesungguhan"

“Janganlah berbicara terlalu keras melebihi apa yang diperlukan pendengarmu, karena yang demikian itu tidak bijaksana dan menjengkelkan"

“Hindarilah sikap menjelekkan orang di balik punggungnya, jangan berkata secara tak adil. Bicaralah yang baik-baik saja.
"Bergaullah dengan siapa pun dengan membawa nama baik al-ikhwan sekalipun orang itu tidak mau memulainya terlebih dahulu, karena agama kita bersandar pada ilmu pengetahuan dan kasih sayang sebagai sokogurunya"

“Utamakanlah tugas tanpa mengenal waktu. Tolong-menolonglah satu samalain untuk kemashalatan bersama dari waktu yang tersedia dan bila ada urusan yang harus dikerjakan, maka selesaikanlah urusanmu itu"
""""""""""""""""""""""""""""""
afwan tadz, insyaAllah yang belum ana lakukan akan ana lakukan. setelah ana membaca nasihat antum, ana sangat malu.
mudah-mudahan Allah masih ridho sama ana.
(bahtiar)

Iklan

INFO TAGIHAN TELPHON

INFO TAGIHAN TELPHON
Anda ingin mencari tau berapa tagihan telphon anda, bisa klick gambar diatas..