REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Universitas Nasional
(Unas), Nia Elvina, berpendapat bahwa budaya patron-klien yang sangat
akut dan kuat dalam sistem pemerintahan adalah faktor utama penyebab
sulitnya pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Sehingga, hal ini menyebabkan keringnya kreativitas ataupun inisiatif di kalangan aparatus pemerintahan kita," katanya seperti dikutip Antara.
Jika dikaji pemimpin-pemimpin sekarang ini, kata Nia, sebagian besar merupakan klien-klien dari pemimpin (patron) sebelumnya. Jadi manakala ada problem mendasar yang didera pada pemerintahan sebelumnya, maka hal tersebut cenderung untuk diproteksi.
Nia Elvina, yang juga anggota peneliti Kelompok Studi Perdesaan Universitas Indonesia (UI), melihat bahwa budaya patron-klien ini sangat akut.
"Klien-klien ini tidak punya kesadaran. Mereka malah merasa sangat nyaman,'' katanya. ''Padahal, sebenarnya mereka mengalami apa yang dikatakan oleh sosiolog yang sangat terpandang sekarang sebagai 'kekerasan simbolik'. Atau dalam bahasa Marx adalah ekploitasi."
Dalam hubungan patron-klien, kepentingan patronlah yang paling utama. Nia mengakui memang tidak mudah untuk mengatasi problem tersebut.
"Cara yang paling efektif dalam pandangan saya melalui pendidikan. Bagaimana kita mengkonstruksi sistem pendidikan kita yang benar-benar berbasiskan Pancasila," kata Sekretaris Program Ilmu Sosiologi Unas itu.
"Sehingga, hal ini menyebabkan keringnya kreativitas ataupun inisiatif di kalangan aparatus pemerintahan kita," katanya seperti dikutip Antara.
Jika dikaji pemimpin-pemimpin sekarang ini, kata Nia, sebagian besar merupakan klien-klien dari pemimpin (patron) sebelumnya. Jadi manakala ada problem mendasar yang didera pada pemerintahan sebelumnya, maka hal tersebut cenderung untuk diproteksi.
Nia Elvina, yang juga anggota peneliti Kelompok Studi Perdesaan Universitas Indonesia (UI), melihat bahwa budaya patron-klien ini sangat akut.
"Klien-klien ini tidak punya kesadaran. Mereka malah merasa sangat nyaman,'' katanya. ''Padahal, sebenarnya mereka mengalami apa yang dikatakan oleh sosiolog yang sangat terpandang sekarang sebagai 'kekerasan simbolik'. Atau dalam bahasa Marx adalah ekploitasi."
Dalam hubungan patron-klien, kepentingan patronlah yang paling utama. Nia mengakui memang tidak mudah untuk mengatasi problem tersebut.
"Cara yang paling efektif dalam pandangan saya melalui pendidikan. Bagaimana kita mengkonstruksi sistem pendidikan kita yang benar-benar berbasiskan Pancasila," kata Sekretaris Program Ilmu Sosiologi Unas itu.
Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: Antara
No comments:
Post a Comment
kalo kamoe-kamoe tertarik, kasih dong komentar....